Hal yang Wajib Diperhatikan Ketika Liburan ke Gunung (Hiking) , Jangan Asal-Asalan!
Libur semester telah tiba, teman-teman sudah berencana liburan kemana nih ? ke monas ? atau ke Ancol ? atau di rumah saja ? Sepertinya untuk masa pandemi seperti kali ini, sangat sulit bagi teman-teman untuk melakukan mobilitas, apalagi untuk berlibur ke luar kota. Lonjakan kasus positif di indonesia saat ini sedang meningkat pesat, terlebih pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat sehingga tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan keramaian terpaksa dibatasi bahkan ditutup.
Jadi gimana ? mau liburan kah ? jangan sedih seperti itu, kami punya solusi nih buat kalian yang sudah sangat sumpek tinggal di rumah dan ingin merasakan suasana yang fresh setelah menjalani pembelajaran daring selama satu semester.
Ada yang rindu suasana puncak gunung gak ? yap, gunung menjadi salah satu tempat yang bisa kalian kunjungi untuk berlibur. Suasana yang jauh dari keramaian, membuat kegiatan mendaki dipilih oleh sebagian orang untuk menjadi opsi liburan dengan cara yang lebih aman.
Baca Juga : 5 Rekomendasi Gunung untuk Pendaki Pemula
Tentu bagi para pecinta alam, kegiatan mendaki gunung menjadi hal yang sudah biasa. Pendakian gunung atau sering juga disebut dengan hiking, akhir-akhir ini makin banyak diminati oleh kaula muda. Sehingga bukan hal yang aneh lagi ketika hari ini banyak sekali klub pecinta alam dan organisasi remaja yang memfokuskan pada kegiatan pendakian gunung.
Meskipun kegiatan mendaki merupakan hal yang menyenangkan, akan tetapi perlu diingat bahwa olahraga mendaki gunung tidak hanya membutuhkan fisik yang prima saja, tetapi juga membutuhkan kestabilan jiwa pendaki. Maksudnya ialah seorang pendaki selain harus memiliki stamina yang bagus, tentunya harus dibarengi dengan kekuatan konsentrasi dan kestabilan emosi di dalam menghadapi berbagai kondisi dan situasi.
Selain menjadi alternatif bagi teman-teman yang hendak berlibur, pendakian gunung juga merupakan suatu olahraga yang dapat dikaitkan dengan peraihan prestasi. Pendaki yang berpengalaman dan aktif akan selalu berusaha menemukan jalur-jalur pendakian yang baru, yang lebih sukar, dan lebih menantang. Namun, seiring meningkatnya prestasi maka bertambah pula risiko kecelakaan terhadap para pendaki. Pada umumnya pendakian gunung terbagi ke dalam beberapa tipe, yaitu :
1. Hill Walking, yaitu pendakian gunung non salju. Tipe pendakian semacam ini tentu sudah tidak asing lagi di Indonesia, karena pada umumnya gunung-gunung di Indonesia tidak bersalju.
2. Rock Climbing, yaitu pemanjatan tebing. Tipe pendakian seperti ini banyak diminati oleh kalangan yang menyukai olahraga ekstrim. Gunung-gunung yang memiliki tipe seperti ini cukup banyak juga loh di Indonesia, beberapa di antaranya bisa kita temui di Tebing Gunung Padang, Tebing Citatah, Gunung Parang, tebing uluwatu sampai tebing api purba yang berada di gunung kidul.
3. Snow Ice Climbing, yaitu pendakian gunung bersalju. Di indonesia, pendakian jenis ini mungkin hanya dapat kita temui di daerah pegunungan Jayawijaya yang mana di beberapa puncaknya terdapat salju abadi.
Pada dasarnya tipe-tipe pendakian tersebut sama saja. Namun, yang membedakan hanyalah medan pendakiannya yang dapat mempengaruhi persiapan, latihan, peralatan dan teknik pendakian. Akan tetapi untuk saat ini kami sarankan, jika teman-teman belum memiliki jam terbang dalam dunia pendakian, alangkah baiknya tidak langsung mencoba mendaki gunung yang medannya ekstrim. Cobalah, memulai dengan mendaki gunung-gunung yang memiliki medan sederhana dan tidak terlalu terjal. Alasannya seperti yang telah kita sebutkan tadi bahwa pendakian bukan hanya untuk bersenang-senang, melainkan perlu kondisi fisik dan mental yang kuat.
Lalu bagaimana cara melatih fisik dan mental yang kuat dalam mendaki ? di sini kami memiliki beberapa tips bagi teman-teman yang baru pertama kali mendaki dengan aman, di antaranya :
1. Melakukan Aklimatisasi
Lalu apa yang harus kita lakukan ? tentunya dengan cara melakukan penyesuaian secara bertahap dapat menunjang bagi para pendaki agar tidak mengalami shock. Maka dari itu, mengapa kami menyarankan untuk melakukan pendakian yang sederhana terlebih dahulu ? ya, hal itu untuk melatih fisik kita agar bisa menyesuaikan diri dengan kondisi di pegunungan. Jika di ketinggian rendah kita sudah terlatih, maka kita boleh mencoba ketinggian yang lebih sedang dan seterusnya.
2. Melakukan Latihan Secara Berkala
3. Melakukan Persiapan Sebelum Pendakian
Dengan tidak menganggap remeh faktor-faktor lainnya, faktor pengetahuan pendaki merupakan faktor yang penting dalam arti selain menguasai selain teknik-teknik yang diperlakukan juga mengetahui peralatan-peralatan yang akan digunakan.
Sepertinya wajib bagi para pendaki gunung juga untuk menguasai berbagai teknik survival seperti sandi, teknik kode asap, dan komunikasi lapangan lainnya. Tentunya hal ini sangat menarik untuk kita bahas dan pelajari di sesi artikel selanjutnya.
Bagi teman-teman yang mulai suka dengan kegiatan mendaki, traveling alam ataupun kepramukaan, bisa terus ikuti halaman kami. Karena kami akan menyajikan banyak ulasan mengenai dunia kepramukaan juga pengembangan diri. Tekan tombol follow jika kalian suka dengan artikel kami, share ke teman-teman kalian agar yang kita pelajari hari ini bisa bermanfaat juga bagi orang lain.
Salam Pramuka !
Posting Komentar